Pelatih Uruguay, Pengikut Setia Che Guavara

Ernesto Guevara atau yang lebih dikenal dengan sebutan Che Guevara menjadi lambang kebangkitan bangsa Kuba. Foto wajahnya yang tampan pun menjadi imaji paling sering ditampilkan di dunia.

Namun bagi pelatih Uruguay, Oscar Washington Tabarez, ada nilai lebih dari Che Guevara yang menarik untuk diikuti. Yakni nilai-nilai ajaran Che soal negara dan kecintaannya pada sang kekasih, Tania.

Nama satu-satunya perempuan yang dicintai Guevara itu pun diabadikan Tabarez sebagai nama putrinya. Sedangkan untuk pemikiran soal negara, Tabarez juga memiliki sifat keras seperti El Che.

Lihat saja bagaimana Tabarez membela anak asuhnya saat dikatakan 'curang'. Ledekan itu berakar dari kejadian 'Tangan Tuhan' jilid II yang dilakukan Luis Suarez di penghujung babak tambahan melawan Ghana di fase perempat
final.
Saat itu, Suarez yang berada di garis gawang sengaja menghentikan tandukan Dominic Adiyiah dengan tangannya. Wasit pun mengganjar Suarez dengan kartu merah dan memberikan hadiah penalti bagi Ghana.
Sayangnya, tendangan Asamoah Gyan hanya mampu membentur mistar gawang. Skor 1-1 pun bertahan hingga laga usai.

Uruguay akhirnya memastikan tiket ke semifinal setelah pada drama adu penalti menang dengan skor 4-2.

"Kami bangga dengan apa yang sudah kami capai di Piala Dunia kali ini, dan cara kami melalui rintangan yang ada. Bukan karena cara kami bermain, namun karena perilaku kami di lapangan," tegasnya. 

Berkat prestasi ini pula nama Tabarez melambung di jajaran pelatih elit dunia. Nama pria 63 tahun itu bisa menggeser kepopuleran Fabio Capello (manajer Inggris), Marcello Lippi (Italia) dan bahkan Dunga (Brasil).
Merantau di Eropa
Tak banyak yang tahu kalau pria yang sebenarnya berprofesi sebagai guru ini sudah makan asam garam jadi pelatih. Sejak 1980, Tabarez sudah membesut tujuh tim. Ini juga jadi kesempatan kedua buat Tabarez melatih Uruguay setelah era 1988-1990.

Selepas itu, mantan pemain bertahan itu hijrah ke delapan tim berbeda. Termasuk yang terbesar adalah AC Milan pada 1996. Sayangnya, prestasi buruk membuat Tabarez 'dipulangkan' ke Uruguay.

Setelah bolak-balik melatih klub asal Uruguay dan Italia di era 1997-2006, Tabarez akhirnya menetapkan hati di timnas Uruguay. Prestasi awalnya adalah menempati peringkat keempat di Copa America 2007 di Venezuela.

Kini di Piala Dunia 2010, Tabarez sukses membawa Diego Forlan cs masuk jadi empat besar untuk pertama kalinya dalam 40 tahun. Namun bisakah dia mengulang prestasi La Celeste OlĂ­mpica kembali jadi juara dunia seperti pada 1930 dan 1950?

Tidak ada komentar: