cinta saja tidak cukup

CINTA diawal masa pacaran memang sejuta rasanya, namun saat telah memasuki dunia pernikahan dan rumah tangga, cinta sepertinya tak lagi cukup untuk mempertahankan kelangsungan sebuah keluarga. Meski bibit, bebet, bobot menjadi syarat wajib dalam mencari pasangan hidup, namun kenyataannya banyak pasangan sudah merasa cukup jika telah memenuhi satu kriteria saja.
Terlibat acara kumpul dengan teman-teman, saya dapati beragam opini mereka tentang pasangan hidup yang ideal. "Cari pasangan itu ya lihat pribadinya dong!, punya mobil pribadi, rumah pribadi, kalau perlu villa pribadi!" meledaklah tawa kami memenuhi udara di ruangan resto, siang itu. Opini teman saya ini mungkin bukan bermaksud bergurau. "Yang paling penting itu ya cinta," sela teman saya yang lain menyahut cepat. Sontak ini pun menimbulkan sanggahan keras "hari gini cuman pakai cinta, makan tuh cinta!!"
Menikah adalah penyatuan dua pribadi, dua pikiran menjadi satu untuk mewujudkan visi dan misi yang sama, yaitu membangun pondasi rumah tangga yang kuat agar 'rumah' itu nantinya senantiasa memberikan rasa nyaman dan hangat. Lalu bagaimana kita bisa memilih pilar penyangga yang kokoh? Apakah cinta bisa diandalkan? materi berlimpah bisa memberi kita bahagia? Lalu bagaimana dengan komitmen dan tanggung jawab? Seberapa penting kita harus saling mengenal pribadi masing-masing? Bagaimana dengan hal lain, bisakah itu diabaikan?
Sebelum memasuki gerbang pernikahan, seharusnya proses seleksi sudah dilakukan. Meminjam istilah anak muda gaul, butuh melalui tahapan koleksi, seleksi baru resepsi. Siapapun yang telah berhasil melewati seleksi ketat Anda, dialah pasangan hidup yang nantinya akan sama-sama belajar bersama Anda untuk melewati setiap proses kehidupan pernikahan yang berjalan. Tapi jika proses seleksi ini terlewatkan, sebaiknya Anda tak usah menoleh ke belakang, terus saja melihat ke depan. Karena komitmen dan kesungguhan Anda dan pasangan untuk sama-sama mewujudkan mimpi membangun mahlihai rumah tangga, itu yang paling dibutuhkan.
Tak dipungkiri, agar bangunan rumah tangga Anda tetap kokoh dan tegak berdiri meski abad berganti, Anda harus membutuhkan pilar-pilar berikut ini:
* Latar belakang keluarga
Segala hal yang sama dipercaya lebih menguatkan cinta itu sendiri. Kesamaan latar belakang keluarga (suku, bangsa, ras, agama, sosial maupun kondisi ekonomi) kedua belah pihak tak dipungkiri memegang peranan begitu penting. Namun kisah-kisah percintaan di sinetron atau film pun coba menggambarkan bahwa cinta beda status, berbeda latar belakang bisa juga berhasil. Jika Anda dan pasangan terlahir dari 'ketidaksamaan', inilah PR bagi Anda berdua agar berjuang lebih keras untuk saling menyesuaikan diri.
* Kesetaraan
Adanya kesetaraan akan mempermudah Anda dan pasangan mengarungi bahtera rumah tangga. Ibaratnya, Anda dan pasangan punya tujuan yang sama untuk melabuhkan cinta. Tak akan mungkin kan dalam satu kapal terdapat dua nakhoda yang mengendalikan kapal? Kesetaraan pendidikan, pola pikir juga keimanan mungkin akan meminimalkan friksi atau perpecahan yang timbul.
* Anda dan dia unik
Anda dan pasangan terlahir sebagai pribadi dengan karakteristik yang unik. Penyatuan dua karakter yang berbeda ini tentunya menjadi penentu langgeng tidaknya sebuah rumah tangga. Anda dan pasangan yang sama-sama berkarakter keras tentu lebih sulit mengendalikan laju kapal pernikahan. Idealnya Anda berdua harus saling melengkapi dan saling menutupi kekurangan dengan kelebihan yang ada.
* Cinta tetap penting
Meski cinta mungkin hanya akan indah di awal-awal pernikahan saja dan mempertahankan rumah tangga tak cukup bermodalkan cinta, tapi jangan pernah menyepelekan kekuatan cinta. Anda dan pasangan tetap akan membutuhkan cinta ini untuk menghangatkan sisi ruang hati Anda berdua yang sudah mulai dingin dan terasa hambar. Cinta yang Anda butuhkan tak hanya sekedar penunjukan rasa sayang dengan ciuman atau sentuhan mesra. Lebih dari itu cinta harus memberi makna melindungi, bertanggung jawab, juga rasa aman yang melingkupi pasangan. Pupuk saja cinta itu agar terus tumbuh subur, karena sebuah tanggung jawan akan terasa lebih ringan dijalani dengan adanya cinta di dalamnya.
* Kematangan dan motivasi
Meski usia tidak identik dengan kematangan seseorang namun usia ternyata menjadi faktor penentu dari kematangan Anda dan pasangan saat menikah. Pernikahan dini yang dijalani dengan kesiapan mental dan psikologis yang belum matang akan mempengaruhi motivasi dalam mempertahankan biduk rumah tangga.
* Partner hidup
Siapa sparing partner sejati Anda? Jawabannya tentu saja pasangan hidup Anda. Dialah belahan jiwa, sekaligus partner hidup Anda. Bersama dengannya Anda membangun dan mempertahankan pondasi rumah tangga agar tetap kokoh berdiri. Tak hanya sebagai partner, dialah sahabat yang akan selalu setia berjalan bersisian dengan Anda, menguatkan Anda yang mulai melemah dan mendukung setiap langkah terbaik dalam hidup Anda. Dialah yang selalu bahagia jika Anda bahagia.

Tidak ada komentar: